Tumpeng Tempe setinggi 10 meter jadi Ikon Ruwat Desa selama 8 Tahun di Desa Sedengan Mijen Krian  Sidoarjo

SIDOARJO| Tradisi unik terus dijaga oleh warga Desa Sedenganmijen, Kecamatan Krian, Sidoarjo. Selama 8 tahun berturut-turut, desa ini menggelar ruwat desa dengan ikon khas berupa tumpeng tempe raksasa setinggi 10 meter.

Untuk tahun ini acara ruwat desa atau sedekah bumi tersebut dirayakan pada Minggu pagi (16/2/2025) dengan sangat meriah, diawali dengan arak-arakan tumpeng dari berbagai hasil bumi dan hasil produksi pabrik, hasil karya dari masing-masing RT desa SedenganMijen.

Pada acara tersebut selain Kepala desa Sedeganwijen M. Hasannudin S.Ag turut dihadiri pula Camat Krian Ahmad Fauzi, Kapolsek dan Danramil Krian.

Tradisi ini menjadi simbol syukur masyarakat atas hasil bumi sekaligus doa agar desa senantiasa dilimpahi keberkahan dan keselamatan. Ruwat desa yang digelar setiap tahun ini selalu menarik perhatian warga setempat maupun dari luar daerah.

Ruwat desa SedenganMijen ini selain Kepala desa Sedeganmijen M. Hasannudin S.Ag turut dihadiri pula Camat Krian Ahmad Fauzi, Kapolsek dan Danramil Krian.

Kepala Desa SedenganMijen Hasanudin menjelaskan, tradisi ruwat desa ini sudah berjalan selama 15 tahun berturut -turut, cuma sejak tahun 2018 ada yang berbeda yakni dengan membuat tumpeng tempe raksasa sebagai ikon sampai sekarang

“Aawal dari tumpeng tempe raksasa ini terinspirasi dari tumpeng durian Wonosalam karena disana warganya banyak penghasil durian, untuk itu kita buat inovasi tumpeng tempe raksasa di SedenganMijen mengingat warganya banyak yang memproduksi tempe,” katanya.

Ruwat desa merupakan warisan leluhur yang terus dipertahankan sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan budaya. “Dengan ikon Tumpeng tempe diharapkan juga dikenal khalayak bahwa SedenganMijen tempat produksi tempe,” harap kades Hasannudin.

Menurutnya, untuk tempe raksasa kali ini ada sekitar 1250 bungkus tempe dengan ukuran 20X25 dengan melibatkan 30 pengerajin tempe.

Baca Juga  “KARENA KU suWAYANG", Ini tema PWJ 2023 di Taman Budaya Jatim

“Harapannya semoga para pengerajin tempe raksasa yang sudah mensedekahkan tempenya usaha dan rizkinya makin lancar,” sambungnya.

Sementara itu Camat Krian Ahmad Fauzi, menambahkan bahwa hari ini merupakan puncak acara ruwat desa SedenganMijen. Karenanya Ia mengajak warga desa untuk bangga dan bahagia serta mendoakan bersama sesepuh leluhur.

‘Ikon tumpeng tempe raksasa yang sudah dilestarikan dari tahun ke tahun ini merupakan simbol kerukunan persatuan kesatuan gorong gorong warga desa SedenganMijen,” tegasnya.

Setelah prosesi doa bersama, acara pemotongan tumpeng mini oleh kepala desa sebagai simbol puncak acara ruwat desa, selanjutnya tumpeng tempe raksasa beserta tumpeng-tumpeng hasil bumi akan dibagikan kepada masyarakat sebagai lambang keberkahan dan berbagi rezeki.

Selain tumpeng tempe dan kirab tumpeng hasil bumi, ruwat desa juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional, seperti wayang kulit, dan tari-tarian dan pertunjukan silat PSHT.

Dengan berlangsungnya tradisi ini selama 15 tahun, warga berharap ruwat desa dengan ikon tumpeng tempe raksasa dapat terus lestari dan semakin dikenal luas. “Kami ingin budaya ini tetap hidup dan menjadi kebanggaan desa kami,” kata salah satu tokoh masyarakat.

Ruwat desa Sedenganmijen bukan sekadar perayaan, tetapi juga bukti kuatnya persatuan dan nilai-nilai gotong royong yang tetap terjaga di tengah modernisasi. Tradisi ini diharapkan dapat terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjaga keunikan budaya lokal yang semakin langka di era sekarang.(zeera)