SURABAYA| “Parade Teater Jawa Timur 2024” yang digelar masih dalam rangkaian perayaan Hari Jadi Jawa Timur ke 79 UPT. Taman Budaya – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur (Disbudpar Jatim) mampu memikat animo masyarakat untuk hadir.

Buktinya, dalam dua hari pementasannya di Gedung Kesenian Cak Durasim – Gentengkali Surabaya, Jumat-Sabtu (25-26/10/24) selalu saja dipenuhi penonton. Menariknya, tak cuma masyarakat umum pemerhati (seni) teater yang hadir, tapi juga kalangan anak muda dan mahasiswa. Ini bukti bahwa seni teater masih memiliki tempat di hati masyarakat Jawa Timur.
Ya, “Parade Teater Jawa Timur 2024” telah digelar UPT. Taman Budaya – Disbudpar Jatim di Gedung Kesenian Cak Durasim – Gentengkali Surabaya, selama Jumat-Sabtu (25-26/10/24). Parade Teater ini menampilkan 6 grup teater. Mereka diantaranya Teater Porobungkil dari Kab. Banyuwangi, Teater Granggang (Ponorogo), Arek Teater (Surabaya), Teater Sandur Sedhet Srepet (Bojonegoro), Teater Studio Daluang (Surabaya) dan Dialektika Teater (Sumenep).
Asal tau saja, ke enam grup (teater) yang tampil ini adalah yang telah lolos dari proses seleksi yang digelar UPT Taman Budaya Jawa Timur (TBJ). Dan kalaulah seni teater itu adalah paduan penampilan gerak, tarian, nyanyian, yang dilengkapi dengan sebuah dialog dan akting, semuanya ada disini. Bahkan kolaborasi antara aktor, sutradara, penulis skenario, lighting dan desain panggung juga terasa disini.
Hari pertama acara ini dibuka oleh Teater Porobungkli asal Banyuwangi, yang menghadirkan pementasan berjudul “Orang-Orang yang Terbuang”. Lalu berlanjut dengan Arek Teater dari Surabaya yang tampil dengan lakon berjudul “Adaptasi Grafito.” dan diakhiri dengan penampilan Grangsar Teater dari Kabupaten Ponorogo, yang menampilkan drama bertajuk “Tumbal Dewi Cokek”.
Hari kedua parade teater ini dibuka Dialektika Teater (Sumenep) yang menampilkan cerita berjudul “Orang-Orang Bawah Tanah”. Lalu ada Sandur Sedhet Srepet. Grup Teater asal Bojonegoro ini menyuguhkan kisah “Gravito”, dan sebagai penutup adalah tampilan teater Studio Daluang Surabaya yang mementaskan cerita berjudul Klothek’an.
Nah, dengan menciptakan narasi yang menggambarkan kehidupan manusia, peristiwa sejarah atau kisah imajiner, Jalan cerita yang disajikan oleh setiap grup teater dalam pementasannya ini selalu mengandung pesan moral yang bisa dijadikan pelajaran kehidupan oleh para penonton.
Itulah mengapa setiap kali selesai penampilan aplaus dan riuh tepuk tangan penonton selalu menggema di gedung kesenian (Cak Durasim) ini.
Untuk itu, tak salah bila maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong karya-karya seni teater yang kreatif, inovatif dan memiliki kedalaman nilai estetik.
Ali Ma’ruf, Kepala UPT Taman Budaya- Disbudpar Jatim dalam sambutanya menekankan pentingnya seni budaya sebagai jembatan untuk membangun kebersamaan dan perdamaian.
“Kami berkomitmen untuk terus mendorong pelestarian seni budaya melalui pergelaran yang diadakan secara periodik dan berkelanjutan. Alhamdulillah, parade ini adalah wujud nyata dari upaya kami dalam mendukung perkembangan seni budaya di Jawa Timur,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ali Ma’ruf mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkolaborasi dalam mengembangkan seni dan budaya di Jawa Timur.
“Potensi seni budaya kita sangat besar dan dapat berkontribusi pada kesejahteraan pelakunya. Oleh karena itu, kami menghargai semua peserta parade, pelaku seni, serta penggiat seni yang terus berkarya demi kemajuan seni budaya di daerah ini,” pungkasnya.@